Gagal Juara Liga Champions, Manchester City Korban Kesintingan Pep Guardiola

Eks-Manchester City, Dietmar Hamann, berkata Pep Guardiola layak menjadi kambing hitam kekalahan mereka hadapan final Liga Champions hadapan tangan Chelsea.
City, yang sudah jor-joran sejak lama demi merengkuh mahkota Eropa, memang maklum bisa mencium wangi si kuping gembrot, tetapi malah ditundukkan pesaing domestik 1-0 antara Porto.
Kai Havertz mencetak gol semata wanan laga itu, tetapi Hamann berkata keputusan City nan bersetuju lapangan tanpa gelandang jangkar adalah "kegilaan".
Hamann berkata kepada Goal bersama SPOX: "Di final, Thomas Tuchel diuntungkan kegilaan Pep Guardiola bahwa bermain tanpa gelandang bergeming, tetapi antara liga mereka terpaut 25 poin antara belakang City musim dahulu bersama anyar-anyar ini diberi pelajaran."
Guardiola setidaknya memiliki dua gelandang berdiam, tetapi Fernandinho maka Rodri dicadangkan saat melawan Chelsea.
Malahan, Ilkay Gundogan yang dipercaya sebagai metronom dekat tengah lapangan, dengan didampingi Phil Foden dengan Bernardo Silva.
Taktik terkemuka terbukti merupakan bencana, tetapi Guardiola jarang melakukan kekeliruan sebujur karier kepelatihannya.
Ia akhirnya membalas dendam saat melawan ke Stamford Bridge 25 September kemudian, setelah tiga kali berturut-turut dipecundangi Tuchel.
Mampukah City mempertahankan gelar?
Meski bubar menggapai kejayaan hadapan Eropa, mereka lulus merebut kembali gelar Liga Primer. Pun mereka kini merupakan unggulan demi mempertahankannya musim ini, tetapi Liverpool sebagainya layak kembali diperhitungkan setelah musim terus diluluh-lantakkan cedera.
City dan The Reds memainkan laga mendebarkan saat imbang 2-2 dari Anfield sebelum jeda internasional, bersama Hamann memprediksi keliru satu mantan klubnya nan hendak keluar sebagai juara.
Mantan penggawa Jerman itu berkata: "Anda melihat dekat laga yang berakhir 2-2 bahwa Liverpool maka Man City ialah tim terbaik dekat Inggris. Jadi saya buat terkejut jika menyimpang satu dari mereka tak selaku juara. Detak jantung saya akan Liverpool, karena dekat sanalah saya menghabiskan masa terlama maka tersukses saya dekat Inggris."